Senin, 20 Agustus 2012

PARTUS LAMA


Definisi
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi (rustam mochtar, 1998)

Menurut winkjosastro, 2002. Persalinan (partus) lama ditandai dengan fase laten lebih dari 8 jam, persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi, dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf.
Etiologi
Sebab-sebab terjadinya persalinan lama ini adalah multikomplek dan tentu saja bergantung pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebabnya antara lain :
1.      Kelainan letak janin
2.      Kelainan-kelainan panggul
3.      Kelainan kekuatan his dan mengejan
4.      Pimpinan persalinan yang salah
5.      Janin besar atau ada kelainan kongenital
6.      Primi tua primer dan sekunder
7.      Perut gantung, grandemulti
8.      Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar
9.      Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten
10.  Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang menemaninya ke rumah sakit merupakan calon partus lama
Gejala Klinik
Menurut Rustam Mochtar (1998) gejala klinik partus lama terjadi pada ibu dan juga pada janin.
1.      Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai: Ring v/d Bandle, oedema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
2.      Pada janin :
a.       Denyut jantung janin cepat atau hebat atau tidak teratur bahkan negarif, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
b.      Kaput succedaneum yang besar
c.       Moulage kepala yang hebat
d.      Kematian  Janin Dalam Kandungan (KJDK)
e.       Kematian Janin Intra Parental (KJIP)
Menurut Manuaba (1998), gejala utama yang perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1.      Dehidrasi
2.      Tanda infeksi : temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus
3.      Pemeriksaan abdomen : meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim
4.      Pemeriksaan lokal vulva vagina : edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium
5.      Pemeriksaan dalam : edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada bagian terendah
6.      Keadaan janin dalam rahim : asfiksia sampai terjadi kematian
7.      Akhir dari persalinan lama : ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau infeksi.
Bahaya Partus Lama
Menurut Rustam Mochtar (1998), menjelaskan mengenai bahaya partus lama bagi ibu dan janin, yaitu :
1.      Bahaya bagi ibu
Partus lama menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. Terdapat kenaikan pada insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock. Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk bahaya bagi ibu.
2.      Bahaya bagi janin
Semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan semakin sering terjadi keadaan berikut ini :
a.       Asfiksia akibat partus lama itu sendiri
b.      Trauma cerebri yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin
c.       Cedera akibat tindakan ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit
d.      Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran. Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama memerlukan perawatan khusus. Sementara pertus lama tipe apapun membawa akibat yang buruk bayi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apalagi kemajuan persalinan pernah berhenti. Sebagian dokter beranggapan sekalipun partus lama meningkatkan resiko pada anak selama persalinan, namun pengaruhnya terhadap perkembangan bayi selanjutnya hanya sedikit. Sebagian lagi menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata mengalami defisiensi intelektual sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir setelah persalinan normal.
Penatalaksanaan
Menurut winkjosastro(2002), Penatalaksanaan berdasarkan diagnosisnya, yaitu:
1.      Fase Laten Memanjang
Bila fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan, lakukan penilaian ulang terhadap serviks:
a.       Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin pasien belum inpartu
b.      Jika ada kemajuan dalam pendataran dan pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
1)      Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
2)      Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC
c.       Jika didapatkan tanda-tanda infeksi (demam,cairan vagina berbau):
1)      Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
2)      Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan
a)      Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam
b)      Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c)      Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pascapersalinan
d)     Jika dilakukan SC, lanjutkan antibiotika ditambah metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas demam selama 48 jam.
2.      Fase Aktif Memanjang
a.       Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelfik atau obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban
b.      Nilai his
1)      Jika his tidak adekuat (kurang dari 3 his dalam 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik) pertimbangkan adanya inertia uteri
2)      Jika his adekuat (3 kali dalam 10 menit dan lamanya lebih dari 40 detik), pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi atau malpresentasi
c.       Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan.
Sedangkan menurut Harry Oxorn dan Willian R. Forte (1996), penatalaksanaan partus lama antara lain :
1.      Pencegahan
a.       Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi insidensi partus lama.
b.      Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm    (0,5 inci), sudah mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan.
2.      Tindakan suportif
a.       Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran dalam diri pasien.
b.      Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi, dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah
c.       Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik. Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di pasang infus untuk pemberian kalori.
d.      Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam keadaan kosong.
e.       Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
f.       Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi. Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
g.      Apabila hasil-hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemajuan dan kelahiran diperkirakan terjadi dalam jangka waktu yang layak serta tidak terdapat gawat janin ataupun ibu, tetapi suportif diberikan dan persalinan dibiarkan berlangsung secara spontan.
3.      Perawatan pendahuluan
Penatalaksanaan penderita dengan partus lama adalah sebagai berikut :
a.       Suntikan Cortone acetate 100-200 mg intramuskular
b.      Penisilin prokain : 1 juta IU intramuskular
c.       Streptomisin 1 gr intramuskular
d.      Infus cairan : Larutan garam fisiologis, Larutan glukose 5-100% pada janin pertama : 1 liter/jam
e.       Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan mengharuskan untuk segera bertindak

Kepustakaan
Hanifa,winkjosastro.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Llewllyn-jones, Derek. 2001. Dasa-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : EGC
Rustam, mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC

Selasa, 07 Agustus 2012

Kehamilan Ektopik


Kehamilan di luar rahim (kehamilan ektopik) terjadi bila sel telur yang telah dibuahi tidak melekat di rahim tetapi di tempat yang berbeda yaitu di saluran telur (tuba falopi), indung telur, leher rahim atau rongga perut. Bila embrio melekat di saluran telur, maka pertumbuhan embrio akan menyebabkan saluran telur membengkak atau pecah.
Satu dari seratus kehamilan adalah ektopik. Peluang kehamilan ektopik lebih tinggi jika saluran telur rusak karena radang perut (misalnya usus buntu atau infeksi klamidia) atau karena operasi rongga perut. IUD (spiral) juga meningkatkan risiko kehamilan ektopik.

Gejala

Jika Anda mengalami kehamilan ektopik, gejala biasanya akan terasa pada sekitar 6 – 10 minggu usia kehamilan. Jika Anda mendapatkan gejala berikut, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter Anda:
  • Sakit di salah satu sisi panggul
  • Perdarahan vagina di luar menstruasi
  • Nyeri di perut bagian bawah
  • Pingsan
  • Mual
Pada tahap lanjut, kehamilan ektopik dapat menimbulkan gejala berikut:
  • Nyeri perut yang intens
  • Hipotensi
  • Denyut nadi cepat
  • Kulit pucat

Diagnosis

Karena beberapa gejala di atas juga dapat terjadi pada kehamilan normal, dokter bisa sulit untuk mendiagnosis. Oleh karena itu, ada sejumlah tes yang dapat dilakukan jika dicurigai ada kehamilan ektopik.
  • Menggunakan ultrasound, dokter mungkin dapat melihat kehamilan ektopik, karena adanya darah di tuba falopi yang rusak atau ada embrio di luar uterus.
  • Laparoskopi melalui sayatan kecil di perut dapat dengan mudah melihat bila ada embrio di luar rahim.
  • Mengukur kadar hormon kehamilan hCG (human chorionic gonadotopin) adalah cara lain untuk mendeteksi kehamilan ektopik. Dalam kehamilan normal, kadar hCG berlipat dua kira-kira setiap dua hari hingga minggu ke-12. Jika hCG diperkirakan tidak meningkat, mungkin ada sesuatu yang salah dalam kehamilan.
Dokter akan selalu mencoba mendiagnosis kehamilan ektopik sedini mungkin. Dengan demikian, kerusakan biasanya masih terbatas dan risiko perdarahan internal dan komplikasi terkait masih rendah.

Pengobatan

Kehamilan ektopik harus selalu dibatalkan dan dokter akan mencoba untuk menahan laju pertumbuhan embrio dengan obat-obatan. Lebih cepat kehamilan ektopik terdeteksi, semakin besar kemungkinan kehamilan dapat dibatalkan tanpa menimbulkan efek jangka panjang.
Bila kehamilan ektopik terdeteksi di tahap awal, seringkali embrio dapat ditangani dengan obat suntik dan diserap oleh tubuh Anda. Dalam terapi ini tuba falopi biasanya masih utuh. Dalam situasi yang lebih serius, misalnya ketika tuba falopi sudah mengembang, maka diperlukan operasi.

Prognosis

Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, ada kemungkinan sekitar 12% akan terkena lagi di masa mendatang. Karena itu, bila Anda pernah mengalaminya Anda harus memberitahu dokter atau bidan Anda.
Sekitar 60% wanita menjadi subur kembali setelah kehamilan ektopik, 30% tidak ingin hamil karena pengalaman itu dan 10% menjadi infertil (tidak subur).