Selasa, 31 Juli 2012

Anatomi dan Fisiologi Payudara



Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu organ reproduksi pada wanita yang berfungsi mengeluarkan air susu. Payudara terdiri dari lobules-lobulus yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu (nipple). Kelenjar mammae merupakan cirri pembeda pada semua mamalia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering berukuran tidak sama.

Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan batas-batas yang tampak dari sebagai berikut:
- Batas Superior : iga II atau III
- Batas Inferior: iga VI atau VII
- Batas Medial: pinggir sternum
- Batas Lateral: garis aksillars anterior

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
  1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
  2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
  3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
anatomi payudara 
Anatomi payudara

Korpus 


Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.
 

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
 

Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.
 
ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

Areola 


Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

Papilla


Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam 
(inverted).
puting 1
 
 Bentuk puting susu normal
puting 2 
Bentuk puting susu pendek
puting 3
Bentuk puting susu panjang
puting 4 
Bentuk puting susu terbenam/ terbalik

Kulit puting susu banyak mengandung pigmen tetapi tidak berambut. Papilla dermis banyak mengandung kelenjar sabasea. Sedangkan kulit pada areola juga banyak mengandung pigmen, tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadang mengandung folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.

Kelenjar payudara (mammae, susu) terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.

Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua garis khayalan ditarik melalui puting susu, masing-masing saling tegak lurus. Jika payudara dibayangkan sebgai piringan sebuah jam, satu garis menghubungkan “jam 12 dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”. Empat kuadran yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero lateral), kuadran atas dalam (supero medial), kuadran bawah luar (infero lateral), dan kuadran bawah dalam (infro medial). 

Ekor payudara merupakan perluasan kuadran atas luar (supero lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih banyak atau langsung di belakang areola dan sering menjadi tempat neoplasia. 

Pada kuadran media atas dan lateral bawah, jaringan kelenjarnya lebih sedikit jumlahnya, dan yang paling minimal adalah yang di kuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara tambahan dapat terjadi di sepanjang garis susu, yang membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun hingga lipatan paha.

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.

Jaringan Kelenjar, Duktus dan Jaringan Penyokong

Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus yang tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi, sesampainya di belakang areola. Pada retro areolar ini, duktus yang berdilatasi itu, menjadi lembut, kecuali saat dan selama ibu menyusui, duktus ini akan mengalami distensi. Masing-masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai satu bukaan ke arah puting (duktus eksretorius). 

Tiap lobus dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus askretorius lobulus itu. Setiap lobulus terdiri atas sekelompok alveolus yang bermuara ke dalam laktiferus (saluran air susu) yang bergabung dengan duktus-duktus lainnya, untuk membentuk saluran yang lebih besar dan berakhir ke dalam saluran sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati puting, saluran-saluran ini akan membesar, untuk menjadi tempat penampungan air susu (yang disebut sinus laktiferus), kemudian saluran-saluran tersebut menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas permukaannya.

Di antara kelenjar susu dan fasia pektrolis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara lobulus tersebut, ada jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.

Vaskularisasi Payudara

Arteri

Payudara mendapat aliran darah dari:
  1. Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I, II, III, IV, V dari a. mammaria interna menembus di dinding dada dekat tepi sternum pada interkostal yang sesuai, menembus m. pektoralis mayor dan memberi aliran darah pada tepi medial glandulla mamma.
  2. Rami pektoralis a. thorako-akromialis. Arteri ini berjalan turun di antara m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor. Pembuluh ini merupakan pembuluh utama m. pektoralis mayor, arteri ini akan memberikan aliran darah ke glandula mamma bagian dalam (deep surface)
  3. A. thorakalis lateralis (a. mammae eksternal). Pembuluh darah ini berjalan turun menyusuri tepi lateral muskulus (otot = m) pektoralis mayor untuk mendarahi bagian lateral payudara.
  4. A. thorako-dorsalis. Pembuluh darah ini merupakan cabang dari a. subskapularis. Arteri i memberikan aliran darah ke m. latissmus dorsi dan m. serratus magnus. Walaupun arteri ini tidak memberikan pendarahan pada glandula mamma, tetapi sangat penting artinya, karena pada tindakan radikal mastektomi, pendarahan yang terjadi akibat putusnya arteri ini sulit dikontrol, sehingga daerah ini dinamakan “ the bloody angel”.
Vena 

Pada daerah payudara terdapat tiga grup vena:

a. Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna

Vena ini merupakan vena yang tersebar pada jaringan payudara yang mengalirkan darah dari payudara dan bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian bermuara pada v. minominata.

b. Cabang-cabang v. aksillaris,
 yang terdiri dari v. thorako-akromialis. v. thoraklais lateralis dan v. thorako-dorsalis.
  
c. Vena-vena kecil bermuara pada v. interkostalis

Vena interkostalis bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada. Azygos (melalui vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat bermetastase langsung ke paru).

Sistem Limfatik Pada Payudara

a. Pembuluh Getah bening

- Pembuluh getah bening aksilla:
Pembuluh getah bening aksilla ini mengalirkan getah bening dari daerah-daerah sekitar areola mamma, kuadaran lateral bawah dan kuadaran lateral atas payudara
 
- Pembuluh getah bening mammaria interna:
Saluran limfe ini mengalirkan getah bening dari bagian dalam dan medial payudara. Pembuluh ini berjalan di atas fasia pektorlais lalu menembus fasia tersebut sistem pertorntes menembus m. pektrolis mayor. Kemudian berjalan ke medial bersama-sama dengan sisitem pertorntes menembus m. interkostalis dan bermuara ke dalam kelenjar getah bening mamaria interna.
 
Dari kelenjar mammaria interna, getah bening menglilr melalui trunkus limfatikus mamaria interna. Sebagian akan bermuara pada v. kava, sebagian akan bermuara ke duktus thorasikus (untuk sisi kiri) dan duktus limfatikus deksrta(untuk sisi kanan)

Pembuluh getah bening di daerah tepi medial kuadran medial bawah payudara. Pembuluh ini berjalan bersama-sama vasa epigastrika superior, menembus fasia rektus dan masuk ke dalam kelenjar getah bening preperikadial anterior yang terletak di tepi atas diafragma, di atas ligmentum falsiform. Kelenjar getah bening ini juga menampung getah bening dari diafragma, ligamentum falsiforme dan bagian antero superior hepar. Dari kelenjar ini, limfe mengalir melalui trunkus limfatikus mammaria interna.

b. Kelenjar-kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening aksilla
 
Terdapat enam grup kelenjar getah bening aksilla:
  • Kelenjar getah bening mammae eksterna. Untaian kelenjar ini terletak di bawah tepi lateral m. pektoralis mayor, sepanjang tepi medial aksilla. Grup ini dibagi dalam 2 kelompok:
    - Kelompok superior, terletak setinggi ingerkostal II-III
    - Kelompok inferior, terletak setinggi interkostal IV-V-VI
  • Kelenjar getah bening scapula. Terletak sepajang v. subskapularis dan thoralodoralis, mulai dari percabangan v. aksillaris mejadi v. subskapularis, sampai ke tempat masuknya v. thorako-dorsalis ke dalam m. latissimus dorsi.
  • Kelenjar getah bening sentral (central nodes). Terletak di dalam jaringan lemak di pusat aksila. Kadang-kadang beberapa di antaranya terletak sangat superficial, di bawah kulit dan fasia pada pusat aksila, kira-kira pada pertengahan lipat aksila depan dan belakang. Kelenjar getah bening ini adalah kelenjar getah bening yang paling mudah diraba dan merupakan kelenjar aksilla yang terbesar dan terbanyak jumlahnya.
  • Kelenjar getah bening interpektoral (rotters nodes). Terletak antara m. pektoralis mayor dan minor, sepanjang rami pektoralis v. thorako-akromialis. Jumlahnya satu sampai empat buah.
  • Kelenjar getah v. aksillaris. Kelenjar-kelenjar ini terletak sepanjang v. aksillaris bagian lateral, mulai dari white tendon m. laitssimus dorsi sampai ke sedikit medial dari percabangan v. aksillaris-v.thorako akromialis.
  • Kelenjar getah bening subklavikula. Terletak di sepanjang v.aksillaris, mulai dari sedikit medial percabangan v.aksillaris-v.thorako-aktomialis sampai dimana v. aksillaris menghilang di bawah tendo m.subklavius. kelenjar ini merupakan kelenjar aksilla yang tertinggi dan termedial letakya. Semua getah bening yang berasal dari kelenjar-kelenjar getah bening aksilla masuk ke dalam kelenjar ini. Seluruh kelenjar getah bening aksilla ini terletak di bawah fasia kostokorakoid.
  • Kelenjar getah bening prepektoral, Kelenjar getah bening ini merupakan kelenjar tunggal yang kadang-kadang terletak di bawah kulit atau di dalam jaringan payudara kuadran lateral atas disebut prepektoral karena terletak di atas fasia pektoralis.
  • Kelenjar getah bening interna, Kelenjar-kelenjar ini terdapat di sepanjangt trunkus limfatikus mammaria interna, kira-kira 3 cm dari tepi sternum, terletak di dalam lemak di atas fasia endothoraiska. Pada sela tiga, diperkiran jumlahnya sekitar 6-8 buah.
Susunan saraf
 Susunan saraf payudara berasal dari cabang cutaneneous cervical dan saraf thorako spinal. Cabang saraf ketiga dan keempat cutaneus dari plexus cervicalis, melewati bagian anterior, berakhir di jajaran tulang tiga yang kedua. Cabang-cabang ini menyuplai sensor ke bagian payudara atas, saraf thoracic spinal, T3, T6 membentuk saraf intercostals dan bercabang dari otot peectoralis major dekat sternum untuk mensuplai sensor ke bagian lateral payudara. Percabangan T2 memasuki bagian atas tubuh saraf interkostobrachial dan mensuplai sensor ke aksila. Susunan saraf areola dan puting susu disuplai oleh saraf parikang thoracic yang bercabang-cabang dengan bentuk membulat.
Laktasi 
Masing-masing payudara terdiri atas sekitar 20 percabangan duktus yang terbuka melalui sinus ke atas permukaan putting susu. Terdapat benang-benang penyangga dari jaringan fibrosa yang melekatkan ke dinding dada, dan terdapat banyak sel-sel lemak di antara lobulus.
 
Sistem duktus telah terbentuk dengan baik setelah pubertas, karena keterlibatan estrogen, tetapi sekretorius asini hanya berkembang pada kehamilan di bawah pengaruh kadar progesterone yang tinggi. Prolaktin, suatu hormon dari kelenjar hipofisis, meningkatkan aksi baik pada estrogen maupun progesterone.

Setelah kelahiran anak, penurunan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan peningkatan sekresi prolaktin dan hal ini merangsang sekresi air susu ibu oleh kelenjar asini. Sekresi yang pertama dihasilkan adalah kolostrum cairan yang kaya akan protein yang mengandung antibody. Setelah hari ketiga terbentuk laktasi normal.
 
Penghisapan bayi pada payudara merangsang puting susu menyebabkan refleks sekresi dari hormon oksitosin dari kelenjar hipofisis anterior. Oksitosin menyebabkan kontraksi serat-serat otot polos di sekitar asini dan air susu dengan cepat diejeksikan dari putting susu. Suatu refleks yang dikenal sebagai “letdown”  terbentuk pada beberapa hari pertama menyusui tetapi dengan jelas dipengaruhi oleh emosi. Pelepasan oksitosin juga membantu uterus untuk berkontraksi sehingga uterus kembali ke ukuran normalnya.


Prolaktin, suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitaria interior, penting untuk produksi air susu ibu, tetapi walaupun kadar hormon ini di dalam sirkulasi maternal meningkat selama kehamilan, bekerjanya hormon ini dihambat oleh hormon plasenta. Dengan lepasnya / keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan, maka kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur turun sampai tinfkat dapat dilepaskannya dan diaktifkannya prolaktin.
 
Terjadinya suatu kenaikan pemasokan darah beredar lewat payudara dan dapat diekstaksi bahan penting  untuk pembentukan air susu. Globulin, lemak dan molekul-molekul protein dari darah sel-sel sekretoris akan membengkakkan acini dan mendorongkannya menuju ke tubuli laktifer.
 
Kenaikan kadar prolaktin akan menghambat ovulasi dan dengan demikian juga mempunyai fungsi kontrasepsi, tetapi ibu perlu memberikan air susu 2 sampai 3 kali setiap jam agar pengaruhnya benar-benar efektif.
 
Dua faktor yang terlibat dalam mengalirkan air susu dari sel-sel sekretorik ke papilla mamae: tekanan dari belakang dan efek neurohormonal.

Sabtu, 28 Juli 2012

Bahayanya Cairan Ketuban yang Sedikit



Cairan ketuban adalah salah satu bagian dari sistem pendukung kehidupan bayi. Cairan ketuban ini tidak boleh sedikit, tapi beberapa komplikasi bisa menyebabkan cairan ketuban ibu hamil habis yang membahayakan bayi dan dirinya.
Cairan ketuban terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan. Cairan ini bisa melindungi bayi dan membantu perkembangan otot, kaki, paru-paru dan sistem pencernaan bayi.
Pada awalnya cairan ketuban berisi air yang berasal dari ibunya, tapi pada usia kehamilan 20 minggu cairan ketuban berisi urin janin.
Cairan ketuban ini bisa terlalu rendah atau terlalu tinggi, jika terlalu rendah disebut dengan oligohidramnion dan jika terlalu tinggi disebut dengan polihidramnion.
Oligohidramnion adalah suatu kondisi yang memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Dokter bisa mengukur jumlah cairan ini melalui beberapa metode, dan yang paling sering adalah melalui indeks cairan ketuban (amniotic fluid index/AFI).
Jika volume cairan kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu, maka akan dicurigai mengalami oligohidramnion. Kondisi ini bisa terjadi selama masa kehamilan, tapi yang paling umum adalah saat trimester ketiga.
Jika waktu melahirkan sudah lewat hingga dua minggu atau lebih, maka tingkat cairan ketuban berisiko menjadi rendah. Karena cairan ketuban pada umumnya akan berkurang setelah mencapai usia kehamilan 42 minggu.
Penyebab rendahnya cairan ketuban seperti dikutip dari Americanpregnancy.org, Senin (9/8/2010) adalah:
1. Adanya masalah dengan perkembangan ginjal atau saluran kemih bayi yang menyebabkan produksi air seninya sedikit, hal ini akan membuat cairan ketuban rendah.
2. Adanya masalah pada plasenta, karena jika plasenta tidak memberikan darah dan nutrisi yang cukup untuk bayi akan memungkinkan ia untuk berhenti mendaur ulang cairan.
3. Ada kebocoran atau pecahnya dinding ketuban yang membuat air ketuban keluar dari rahim.
4. Usia kehamilan sudah melewati batas, hal ini menyebabkan turunnya fungsi plasenta yang membuat cairan ketuban berkurang.
5. Adanya komplikasi pada sang ibu, misalnya dehisrasi, hipertensi, pre-eklamsia, diabetes dan hipoksia kronis.
Gejala yang muncul jika cairan ketuban sedikit adalah:
1. Ibu merasakan nyeri saat janin melakukan gerakan di dalam rahim
2. Ketika ketuban pecah maka cairan yang keluar sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali serta merasa sangat sakit pada saat kontraksi.

INFEKSI NIFAS


  1. Infeksi Nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 39 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Etiologi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan, seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50%  adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
  • Streptococcus haemoliticus aerobik
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, dan sebagainya.
  • Staphylococcus aureus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit.
  • Escherichia coli
 Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas.
  • Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
 Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
Infeksi Lokal :
1)      Pembengkakan luka episiotomi.
2)      Terjadi penanahan.
3)      Perubahan warna lokal.
4)      Pengeluaran lochia bercampur nanah.
5)      Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
6)      Temperatur badan dapat meningkat.
Infeksi General :
1)      Tampak sakit dan lemah.
2)      Temperatur meningkat diatas 39 oC.
3)      Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4)      Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5)      Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6)      Terjadi gangguan involusi uterus.
7)      Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
Cara Terjadinya Infeksi
  1. Manipulasi penolong yang tidak suci hama, atau pemeriksaan dalam yang berulang-ulang dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
  2. Alat-alat yang tidak suci hama.
  3. Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi kontaminasi yang berasal dari hidung, tenggorokan dari penolong dan pembantunya atau orang lain.
      Karena itu penolong dan petugas kamar bersalin dan kamar operasi diharuskan memakai penutup mulut dan hidung (masker).
  • Infeksi rumah sakit (hospital infection)
Dalam rumah sakit banyak sekali banyak kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit.
Kuman-kuman ini terbawa oleh udara air, alat-alat, dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya).
  1. Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila ketuban sudah pecah.
  2. Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada partus lama, partus terlantar, ketuban pecah lama, terlalu sering pemeriksaan dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta berwarna keruh kehijauan. Dapat terjadi amniotis, koriontis, dan bila berlanjut dapat terjadi infeksi janin dan infeksi umum.
  • Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
  1. Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama.
  2. Tindakan obstetri operatif baik pervaginam maupun perabdominal.
  3. Tertinggalnya sisa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim.
  4. Keadaan-keadaan yang menurunkan daya tahan seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya (jantung, tuberkulosis paru, pneumonia dan lain-lain).
  • Klasifikasi
  1. Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium.
  2. Infeksi yang menyebar ke tempat lain melalui : pembuluh darah vena, pembuluh limfe dan endometrium.
  1. Infeksi yang Terlokalisir di Jalan Lahir
       Biasanya terdapat pada tempat-tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan persalinan dan pada bekas insersi plasenta.
  • Vulvitis : luka bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena infeksi.
  • Vaginitis : luka karena tindakan persalinan terinfeksi.
  • Servisitis : infeksi pada serviks agak dalam dapat menjalar ke ligamentum latum dan parametrium.
  • Endometritis : infeksi terjadi pada tempat insersi plasenta dan dalam waktu singkat dapat mengenai seluruh endometrium. Kalau tidak diobati dapat menjalar keseluruh tubuh (septikemia). Ibu demam, lokia berbau, dan involusi tidak sempurna (sub-involusi).
  • Septikemia dan Piemia
      Septikemia adalah keadaan di mana kuman-kuman dan atau toksiknya langsung masuk ke dalam  peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum.
      Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena daerah perlukaan yang lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh peredaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang di hinggapinya (paru-paru, ginjal, jantung, otak dan sebagainya).
Gambaran klinis dan diagnosis
  • Baik septikemia maupun piemia adalah penyakit berat. Gejala septikemia lebih akut dari piemia, ibu kelihataan sakit dan lemah, suhu badan naik 39-40oC, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 kali permenit atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran menurun, gelisah.
  •  Pada piemia, dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboflebitis tidak lama postpartum, dan setelah ada penyebaran trombus terjadi gejala umum seperti diatas.
  • Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositas, pada kultur darah di jumpai kuman-kuman yang patogen.
  • Prognosis
            Septikemia dan piemia adalah infeksi berat dengan angka kematian yang tinggi, apalagi bila diikuti oleh peritonotis umum. Kadang-kadang walaupun dengan pemberian antibiotik dan upaya yang cukup kematian ibu tidak terhindarkan.
  • Parametritis ( Selulitis Pelvika )
      Parametritis adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa jalan :
  1. Dari servisitis atau endometritis yang tersebar melalui pembuluh limfe.
  2. Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke parametrium.
  3. Atau sekunder dari tromboflebitis.
  • Salfingitis ( Salfingo- ooforitis )
      Salfingitis adalah peradangan dari adneksa. Terdiri dari salfingitis akut dan kronik. Diagnosis dan gejala klinis hampir sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat terjadi piosalfing.
Pencegahan Infeksi Nifas
  • Masa kehamilan
                  Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan, serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita oleh ibu. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasiyang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan di lakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
  •  Masa persalinan
  1. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
  2. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
  3. Jagalah sterilitas kamar bersalian dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
  4. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
  5.  Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfusi darah.
  • Masa nifas
  1. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
  2. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya di isolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu yang sehat.
  3. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
 Kelainan pada Rahim
  • Sub-involusi uterus
      Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 gram 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik disebut sub-involusi.
      Faktor-faktor penyebab, antara lain adalah infeksi (endometritis), sisa uri mioma uteri, bekuan-bekuan darah dan sebagainya.
      Pada palpasi uterus teraba masih besar, fundus masih tinggi, lokia masih banyak, dan berbau dan terjadi perdarahan.
      Pengobatan dilakukan dengan memberikan injeksi methergin setiap hariditambah dengan ergometrin peroral.. bila ada sisa plasenta lakukan kuretase. Berikan antibiotik sebagai pelindung infeksi.
  • Pendarahan masa nifas sekunder ( Late Puerpural Haemorhage )
Adalah pendarahan yang terjadi setelah lebih dari 24 jam postpartum, dan biasanya terjadi pada minggu kedua nifas. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, mioma uteri dan kelainan uterus.
 Kelainan Lain Dalam Nifas
  • Flegmasia Alba Dolens
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
  1. Terjadi pembengkakan pada tungkai.
  2. Berwarna putih.
  3. Terasa sangat nyeri.
  4. Tampak bendungan pembuluh darah.
  5. Temperatur badan dapat meningkat.
Penanganan yang dapat dilakukan yaitu daerah yang terkena diistirahatkan, kaki ditinggikan dan diberikan obat-obatan seperti tablet asam asetilsalisilat dan antibiotika.
  •  Nekrosis Hipofisis Lobus Anterior Postpartum
Sindrom sheehan atau nekrosis lobus depan dari hipofisis karena syok akibat perdarahan persalinan. Hipofisis akut berinvolusi setelah persalinan. Karena syok akibat perdarahan yang hebat, pada hipofisis terjadilah nekrosispada pars anterior.
Gejala timbul postpartum : amenorea dan insufiensi hormon pars anterior hipofisis.
 Kelainan pada Payudara
  • Bendungan ASI
Disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan. Bila terjadi juga berikan terapi simtomatis untuk sakitnya (analgetika), sebelum menyusukan pengurutan dahulu atau dipompa sehingga sumbatan hilang.
  •  Mastitis dan Abses Mamae
Adalah suatu peradangan pada payudara disebabkan kuman, terutama staphylococcus aureus melalui luka pada putting susu, atau melalui peredaran darah
Mastitis yang tidak segera diobati akan menyababkan abses payudara yang bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah payudara membesar, keras, nyeri kulit memerah, dan membisul ( abses ), dan akhirnya pecah dengan borok serta keluarnya cairan nanah bercampur dengan air susu.
Penanganan :
  1. Bila terjadi mastitis pada payudara yang sakit penyusuan bayi dihentikan.
  2. Bila terjadi abses lakukan insisi radial sejajar dengan jalan duktus laktiferus. Pasang pipa ( drain ) untuk mngeringkan nanah.
  3. Lokal dilakukan kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara, bila panas dan nyeri berikan obat-obatan anti panasdan analgetika.
  4. Antibiotik jenis penisillin dengan dosis tinggi dapat membantu.
  •  Galaktokel ( galactocele )
Air susu membeku dan terkumpul pada suatu bagian payudara menyerupai tumor kistik. Terjadi karena sumbatan air susu. Hanya dengan pengurutan dan tekanan ketat pada payudara dapat hilang sendirinya.
 Keadaan abnormal pada psikologis
  • Psikologi Pada Masa Nifas
Perubahan emosi selama masa nifas memiliki berbagai bentuk dan variasi. Kondisi ini akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu nifas berada pada puncak kegelisahan setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang berakibat ibu sulit beristirahat, sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
Pada 3 -10 hari setelah melahirkan, Postnatal blues biasanya muncul, biasanya disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataanya berdasarkan riset yang dilakukan paling banyak muncul pada hari ke lima. Postnatal blues adalah suatu kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada kondisi dirinya atau bayinya.
Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan normal.
DAFTAR PUSTAKA
 Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta EGC.
YBPSP. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta : YBPSP.

Kamis, 26 Juli 2012

Anemia Saat Kehamilan

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal.
 
Wanita hamil biasanya sering mengeluh, sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya.

Anemia dalam kehamilan ialah suatu kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr % terutama pada trimester I dan trimester ke III. Kadar Hb yang normal untuk wanita hamil trimester akhir minimal 10,5 g/dL. Jika kurang, disebut anemia. Pada wanita tidak hamil, kadar normal Hb adalah 12-16 g/dL

Ibu Hamil Rentan Anemia.

Anemia dalam masa kehamilan merupakan hal yang sering terjadi. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 35-75% perempuan pada negara berkembang dan 18% perempuan pada negara maju mengalami anemia dalam masa kehamilan.

Anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. Anemia akibat perubahan yang normal terjadi dalam kehamilan

2. Anemia akibat adanya hal yang tidak normal.

Mengapa anemia dapat timbul tanpa adanya abnormalitas selama masa kehamilan? Karena selama kehamilan, jumlah plasma ibu meningkat sampai 50% (sekitar 1000 cc). Jumlah sel darah juga meningkat, tapi hanya 25% dan baru timbul pada kehamilan akhir. Hal inilah yang menyebabkan kadar hemoglobin merosot.

Penyebab anemia yang paling sering pada kehamilan selain anemia fisiologis yang telah dijelaskan di atas adalah anemia defisiensi besi. Kekurangan zat gizi yang satu ini merupakan penyebab 75% kasus anemia dalam kehamilan. Angka kejadiannya pada trimester pertama hanya 3-9%, dan meningkat 16-55% pada trimester ketiga. Biasanya anemia jenis ini terjadi pada ibu yang mengalami mual dan muntah yang berlebihan atau memiliki penyakit kronik.

Total simpanan besi tubuh pada perempuan tidak hamil adalah 2,2 g dan jumlah ini meningkat 3,2 g pada ibu hamil. Sekitar 500-600 mg di antaranya digunakan untuk membentuk sel darah merah, dan 300 mg di antaranya digunakan oleh janin.

Pada ibu hamil dengan simpanan zat besi yang cukup, kebutuhan zat besi harian adalah 27 mg per hari. Berbeda dengan ibu yang tidak hamil, yaitu hanya membutuhkan 18 mg per hari. Kebutuhan yang tinggi ini berusaha dicapai oleh tubuh dengan cara meningkatkan kapasitas penyerapan besi di usus. Selama kehamilan, usus dapat menyerap besi 40% lebih banyak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil sangat sulit mengejar kebutuhan besi melalui asupan makanan saja, terutama setelah memasuki paruh akhir kehamilan. Bahkan perempuan yang sehat pun seringkali tidak memiliki simpanan besi yang cukup untuk menunjang kebutuhan selama kehamilan.

Anemia akibat defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia akibat perubahan fisiologis. Caranya adalah dengan memeriksakan kadar simpanan besi yaitu ferritin dan kadar besi dalam darah yaitu serum iron. Kadar serum iron dan ferritin yang rendah jelas menggambarkan keadaan defisiensi besi. Namun terkadang, defisiensi besi belum sampai menyebabkan simpanan besi tubuh berkurang sehingga yang terlihat dalam pemeriksaan adalah kadar serum iron yang turun. Jika pasien minum suplementasi besi beberapa hari sebelum pemeriksaan pun, kadar serum iron dapat terlihat normal. Oleh karena itu, diskusikanlah hasil pemeriksaan dengan dokter untuk mendapatkan interpretasi yang benar.

Untuk mencegah keadaan defisiensi besi selama kehamilan, WHO merekomendasikan suplementasi besi 60 mg/hari yang dimulai sesegera mungkin setelah kehamilan diketahui dan diberikan sepanjang masa kehamilan. Jadi, mulailah tingkatkan asupan besi Anda dan sertakan suplementasi untuk mencegah kekurangan besi.

PENYEBAB ANEMIA

Anemia pada kehamilan disebabkan :

• Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.

• Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil

• Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

• Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.

GEJALA ANEMIA

Gejala yang umum timbul adalah berdebar-debar, pucat, bernafas lebih cepat, cepat lelah, dan sakit kepala, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh dan gangguan penyembuhan luka.

DAMPAK ANEMIA PADA WANITA HAMIL

Efek anemia bagi ibu dan janin bervariasi dari ringan sampai berat. Bila kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL, maka dapat timbul komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin. Kadar hemoglobin serendah itu tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat menyebabkan gagal jantung pada ibu. Beberapa penelitian juga menemukan hubungan antara anemia ibu pada trimester satu dan dua dengan kelahiran prematur (kurang dari 37 minggu).

Selain itu anemia pada ibu hamil juga menyebabkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak, Abortus, lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim, pendarahan post – partum, rentan infeksi, rawan dekompensasi cordis pada penderita dengan Hb kurang dari 4 g – persen.

Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan shock bahkan kematian ibu saat persalinan, meskipun tak disertai pendarahan, kematian bayi dalam kandungan, kematian bayi pada usia sangat muda serta cacat bawaan, dan anemia pada bayi yang dilahirkan.

DIAGNOSA

Diagnosis Anemia pada ibu hamil biasanya ditegaskan dan dapat diketahui melalui pemeriksaan darah atau kadar hemoglobin (Hb)

PENANGANAN

Selain terapi obat penanganannya dapat dilakukan dengan terapi diet. Untuk memenuhi asupan zat besi, tingkatkan konsumsi bahan makanan tinggi zat besi (Fe) misalnya makanan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Defisiensi besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi apabila prevalensi anemia tinggi, defisiensi besi biasanya dianggap sebagai penyebab yang paling dominan. Pertimbangan itu membuat suplementasi tablet besi folat selama ini dianggap sebagai salah satu cara yang sangat bermanfaat dalam mengatasi masalah anemia.

Anemia dapat diatasi dengan meminum tablet besi atau Tablet Tambah Darah (TTD). Kepada ibu hamil umumnya diberikan sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferrosulfat, setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0.25 mg asam folat. Pada beberapa orang, pemberian preparat besi ini mempunyai efek samping seperti mual, nyeri lambung, muntah, kadang diare, dan sulit buang air besar. Agar tidak terjadi efek samping dianjurkan minum tablet setelah makan pada malam hari.

ANGKA KECUKUPAN BESI (Fe)

Bayi : 3–5mg

Balita : 8–9mg

Anaksekolah : 10mg

Remaja laki–laki : 14–17mg

Remaja perempuan : 14–25mg

Dewasa laki–laki : 13mg

Dewasa perempuan : 14–26mg

Ibu hamil : +20mg

Ibu menyusui : +2mg

Perubahan Fisiologis Dalam Kehamilan

Perubahan Fisiologis Dalam Kehamilan

a. Perubahan sistem reproduksi dan payudara
1) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus. Di samping itu, serabut-serabut kolagen yang ada pun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus mengikui pertumbuhan janin. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan.
2) Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena pengaruh hormon estrogen. Serviks mengandung lebih banyak jaringan serabut dan sedikit jaringan otot dibandingkan bagian uterus. Jaringan serabut pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Selain itu estrogen juga meningkatkan vaskularitas serviks dan bila dilihat dengan spekulum serviks terlihat kebiru-biruan.
3) Vagina dan Vulva
Estrogen menyebabkan perubahan lapisan otot dan epithelium. Lapisan otot mengalami hipertrofi dan epitel menjadi tebal dan menjadi tanda deskuamasi meningkat. Vagina menghasilkan cairan berwarna putih yang dikenal dengan leukore. Sel epitel juga meningkatkan kadar glikogen. Sel ini berinteraksi dengan basil dedorlein dan menghasilkan lingkungan yang lebih asam. Lingkungan ini menyediakan perlindungan ekstra terhadap organisme tetapi merupakan keadaan menguntungkan bagi candida albican. Akibat hipervaskularisasi,vagina dan vulva terlihat berwarna ungu kebiruan. Tanda ini disebut tanda chadwick.
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. korpus luteum graviditis berdiameter kira-kira 3 cm. kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Korpus luteum ini mengeluarkan hormone estrogen dan progesterone. Lambat laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta (Winkjosastro H, 2005 : 95)
5) Mammae / payudara
Peningkatan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia pada payudara, sehingga payudara akan mengalami pembesaran. Selain itu hormone somatomammotropin juga menstimulasi pembesaran payudara. Rasa penuh dan berat, perubahan sensitivitas mulai timbul sejak umur kehamilan 6 minggu. Puting susu dan areola menjadi lebih berpigmen dan putting susu menjadi lebih erektil.
Perkembangan kelenjar mammae secara fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil. Walaupun demikian laktasi tetap terhambat sampai kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.

b. Perubahan sistem kardiovaskuler
Perubahan system kardiovaskuler ,melindungi fungsi fisiologi normal wanita, memenuhi kebutuhan metabolik tubuh saat hamil, dan menyediakan kebutuhan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin. Peningkatan volume plasma darah dan curah jantung disebabkan oleh hipertrofi atau dilatasi ringan jantung, karena diafragma terdorong ke atas, jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri.
Selama pertengahan pertama masa hamil, tekanan sistolik dan diastolic menurun 5 sampai 10 mmHg. Penurunan tekanan darah ini kemungkinan disebabkan oleh vasodilatasi pembuluh darah perifer akibat perubahan hormonal selama masa hamil. Selama trimester ketiga, tekanan darah ibu harus kembali ke nilai tekanan darah selama trimester pertama.

c. Perubahan sistem pernapasan
Pada ibu hamil kebutuhan oksigen meningkat sebagi respon terhadap peningkatan laju metabolisme dan peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk membuang karbondioksida.
Diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa hamil. Dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada menggatikan pernapasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi menjadi semakin sulit.

d. Perbahan sistem urinaria
Perubahan struktur ginjal merupakan aktivitas hormonal (estrogen dan progesterone), tekanan yang timbul akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah. Sejak minggu ke-10 kehamilan, pelvis ginjal dan ureter berdilatasi. Perubahan ini membuat ureter mampu menampung urine dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju urine.

e. Perubahan sistem gastrointestinal
Fungsi saluran cerna selama masa hamil menunjukkan gambaran yang sangat menarik. Gusi cenderung mudah berdarah karena kadar estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan vaskularisasi selektif dan proliferasi jaringan ikat. Pada trimester pertama terjadi penurunan nafsu makan akibat nausea / vomitus. Gejala ini muncul sebagai akibat dari perubahan saluran cerna dan peningkatan kadar hCG dalam darah.
Peningkatan progesterone menyebabkan tonus dan motilitas otot polos menurun, sehingga terjadi regurgitasi esophagus, peningkatan waktu pengosongan lambung, dan peristaltik balik. Akibatnya ibu hamil tidak mampu mencerna asam atau mengalami nyeri ulu hati. Selain itu penurunan motilitas otot polos menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat, sehingga dapat terjadi konstipasi.

f. Perubahan sistem integumen
Perubahan keseimbangan hormone dan peregangan mekanis menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam system integument selama masa hamil. Jaringan elastik kulit mudah pecah, menyebabkan striae gravidarum atau tanda regangan. Hiperipigmentasi timbul akibat peningkatan hormone hipofisis anterior melanotropin selama masa hamil.
sumber: http://midcare.blogspot.com/2012/03/perubahan-fisiologis-dalam-kehamilan.html